Hari Pendidikan Nasional: Guru matematika di Jakarta ajak siswa dan orang tua berkolaborasi selama belajar dari rumah
Perjuangan Ki Hajar Dewantara, kini diteruskan pula oleh para guru yang mendidik siswa-siswinya di sekolah. Berbagai tantangan ditemui oleh para guru dalam mengajar khususnya di masa ketidakpastian saat ini. Hal ini dialami pula oleh Ahmad Apriyanto, guru matematika di Sekolah Cikal Setu.
Ahmad Apriyanto guru matematika di Sekolah Cikal Setu
Ahmad Apriyanto atau biasa di sapa Apriyan, yang lahir 27 tahun lalu ini memantapkan hati menjadi guru karena masa kecilnya. Seperti kebanyakan anak-anak, masa kecil Apriyan diisi dengan bermain. Salah satu dari sekian banyak permainan yang dipilihnya adalah bermain peran sebagai guru, sedangkan teman-teman sekitar rumahnya kala itu berperan sebagai siswa. Rasa senang bisa berbagi ilmu kepada orang lain mulai tumbuh dalam dirinya sejak kecil dan semakin berkembang seiring berjalannya waktu.
Apriyan mengajar siswa melalui video conferences
Saat mulai diterapkannya sekolah dari rumah oleh pemerintah, Apriyan yang sudah 2 tahun mengajar di Sekolah Cikal Setu bahu membahu bersama guru dan kepala sekolah merancang sistem yang tepat agar siswanya dapat belajar secara efektif dari rumah. Pukul 08.45 biasanya Apriyan memulai aktivitasnya bersama siswa kelas 6 Sekolah Cita Setu. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan online meeting menggunakan Google Meet bersama wali kelas.
Tantangan yang biasa dihadapi oleh Apriyan dan siswa nya saat belajar dari rumah misalnya permasalahan teknis seperti koneksi internet, pemadaman listrik, gangguan pada laptop yang digunakan atau terkadang beberapa siswa mengalami masalah saat mengakses link pembelajaran.
Tak hanya itu saja, time management siswa yang menyebabkan menumpuknya tugas menjadi tantangan tersendiri. Peran guru dan orang tua dalam mengarahkan anaknya belajar dari rumah menjadi penting untuk membantu mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.
“Kami sebagai guru, rutin membagikan informasi termasuk apabila ada kendala dalam mata pelajaran kepada orang tua siswa melalui chat grup dan email” ungkap Apriyan.
Tugas siswa dikumpulkan melalui Google Classroom
“Metode mengajar yang saya terapkan pastinya berbeda-beda agar anak tidak bosan dengan cara saya menyampaikan materi. Ada kalanya saya menjelaskan materi lalu meminta siswa latihan soal dengan memanfaatkan Google Classroom. Ada juga ketika mereka harus bekerja kelompok. Ada kalanya mereka membuat proyek. Ada juga ketika saya minta mereka belajar dari video atau website-website. Sesekali saya juga mengajak anak-anak bermain game” terang Apriyan.
Algebra tingkat pemula dipelajari oleh siswa kelas 6 SD. Jika siswa belum mengetahui cara menuliskan aljabar di Google Dokumen, Apriyan akan langsung berkolaborasi dengan anak secara real time di dokumen tersebut. Sehingga ia dapat langsung mencontohkan bagaimana menulis aljabar di Google Dokumen.
“Mengumpulkan tugas menjadi pilihan siswa. Apabila lebih suka menulis di buku, maka kami perbolehkan menulis dan menggungah foto hasil pekerjannya. Namun jika mereka lebih menyukai Google Docs maka mereka dapat langsung bekerja di Google Docs tersebut” ujar Apriyan.
Apriyan juga aktif mengikuti kegiatan di komunitas Google Educators Group (GEG) Jakarta Barat. Melalui GEG, Ia banyak belajar tentang pemanfaatan beragam tools dari Google untuk pendidikan. Ia salurkan pula keinginan tersebut melalui Indonesia Edu Webinars. Melalui Indonesia Edu Webinars ia biasa membagikan pengalaman dan pengetahuannya kepada guru-guru dari berbagai daerah dalam membuat ujian bagi siswa dengan Google Forms dan membuat portofolio dengan Google Slides.
Apriyan selalu berkomitmen untuk mewujudkan kontribusi nyata bagi pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia yang berjasa memperjuangkan nasionalisme Indonesia lewat pendidikan, menjadi inspirasinya untuk turut mencerdaskan anak Indonesia melalui pendidikan formal.