Langsung ke konten utama
Indonesia Blog

Cara pria asal Semarang membuat bisnis pertanian naik kelas dengan mendirikan Teman Berkebun



Tahun ini, para pelaku UMKM merayakan Hari Nasional UMKM 12 Agustus dengan kondisi yang berbeda. Mari membaca tentang perjuangan tiga pelaku UMKM dari Semarang, Yogya dan Lombok.

Foto tim Teman Berkebun

Itsani Mardlotillah adalah seorang Founder dan Direktur Teman Berkebun, sebuah platform digital yang menghubungkan masyarakat yang tengah belajar tanam dengan para petani di Semarang. Dalam kurun waktu tiga tahun saja, Sany (sapaan akrab) telah berhasil mengembangkan bisnisnya menjadi enam program, yaitu kelas berkebun, pasar kebun, YouSUF! (Youth Support Urban Farmers), buat rawat, kemitraan strategis, dan pengembangan usaha.

Memiliki tekad agar bisnis pertanian di Indonesia tidak dipandang sebelah mata, membuat Sany (seorang sarjana Administrasi Publik, Undip Semarang) belajar pertanian di berbagai negara sebagai relawan kemanusiaan pada tahun 2012 - 2014. Dimulai dengan mendampingi masyarakat belajar pertanian dengan menciptakan kebun pangan mereka sendiri, membuat Sany dan rekan pendamping pertanian perkotaannya mencetuskan membuat Teman Berkebun dalam bentuk CV dan Yayasan di tahun 2017.

Foto pendiri Teman Berkebun

“Senang sekali sejak tahun 2018, Teman Berkebun beberapa kali mendapat kesempatan menjadi kelas partnership Gapura Digital Semarang. Saya bersama fasilitator Gapura Digital mengedukasi belasan beserta yang terdiri dari pelaku bisnis pertanian, kelompok tani, petani hingga mahasiswa pertanian mengenai dunia digital dan Google Bisnisku. Misi saya supaya bisnis pertanian bisa naik kelas, ternyata didukung oleh perusahaan teknologi besar seperti Google” ungkap pria berusia 31 tahun ini.

Foto kegiatan kelas Gapura Digital dengan Teman Berkebun di Semarang

Kegiatan kelas Gapura Digital dengan Teman Berkebun di Semarang pada Maret 2019

Sany mengaku telah menggunakan Google Bisnisku sejak Teman Berkebun pertama kali didirikan di tahun 2017. Setelah dipercaya menjadi mentor di kelas partnership Gapura Digital, Sany semakin memanfaatkan produk Google lain seperti Maps untuk mengarahkan peserta yang ingin belajar tani secara langsung di kebun, atau pelanggan yang ingin membeli bahan tani. Sany juga biasa menggunakan Gmail untuk berkomunikasi dengan tim, yang sampai saat ini telah bekerjasama dengan 15 mitra utama, tiga mitra strategis, lima farm assistants, dan 200 relawan.

Foto kegiatan memasarkan produk pertanian kota Teman Berkebun

Kegiatan acara bulanan yang memasarkan produk pertanian kota Teman Berkebun

Saat keadaan normal, biasanya kegiatan kelas berkebun diadakan empat sampai lima kali setiap bulan dengan jumlah peserta hingga 50 orang. Di sini, para peserta di edukasi teknik berkebun di perkotaan dengan cara organik, hidroponik, aquaponik dan vertikultur. Namun, semenjak pandemi COVID-19 melanda, kelas offline tidak bisa diadakan dan Teman Berkebun mengalami penurunan omzet hingga 60%. Sany pun harus memotong pengeluaran karyawan dan pengeluaran bulanan perusahaan.

“Untungnya ada Google Meet yang membantu bisnis saya tetap berjalan dengan mengganti kelas berkebun secara webinar. Walau tidak ada praktik dan sepenuhnya diganti menjadi pemaparan materi dan diskusi, justru kami bisa menjangkau peserta luar pulau yang biasanya sulit dijangkau secara offline, seperti dari Samarinda dan Medan. Biasanya kelas webinar ini diadakan bersama delapan mitra petani utama dan 15 orang peserta setiap sesi,” terang pria asal Semarang ini.

Foto kegiatan kelas berkebun melalui webinar

Kegiatan kelas berkebun melalui webinar membahas dasar hidroponik

"Berkebun itu menyenangkan. Apalagi di saat pandemi seperti ini dimana kita dianjurkan untuk lebih banyak stay di rumah untuk mengurangi percepatan penularan virus COVID-19. Untungnya aku udah pernah mengikuti kelas berkebunnya Teman Berkebun tentang membuat kompos alami sambil berkunjung ke kelompok tani. Di Teman Berkebun juga bisa membeli benih, bibit dan pestisida alami serta konsultasi berkebun. Membuat masa quarantine ku tidak membosankan karena bisa berkebun di rumah," ungkap Annie Mumpuni, pemilik Princess Annie Kitchen Semarang.

Sany berencana untuk membuat aplikasi khusus untuk urban farmers, yang tidak menutup kemungkinan nantinya bisa untuk para petani sub urban atau rural area. Yang pasti, Sany ingin membuat Teman Berkebun ini menjadi platform pertemuan masyarakat yang ingin belajar berkebun kepada mereka yang telah memulai terlebih dahulu.