Langsung ke konten utama
Indonesia Blog

Tim terbaik Bangkit raih pendanaan dari Kemendikbudristek



Bangkit 2021 telah meluluskan 2,250 peserta lulusan pertama Kampus Merdeka yang berhasil menyelesaikan kurikulum ketat pada pembelajaran machine learning, cloud computing, dan Android mobile development. Dari program ini, terpilih 15 tim dengan ide terbaik yang mendapatkan pendanaan dari Google masing-masing sebesar US$ 5.000. Tujuannya, untuk mentransformasi prototype mereka  menjadi produk yang memecahkan tantangan nyata di bidang kesehatan hingga lingkungan dan pada akhirnya, siap untuk diperkenalkan pada user/masyarakat.  

Tidak berhenti di situ, untuk mewujudkan rencana tersebut para tim juga akan dibimbing oleh Lab Inkubasi & Kewirausahaan di 12 Kampus Mitra Bangkit. Proposal mereka telah lolos proses penilaian ketat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Hasilnya, 14 proyek inkubasi Bangkit dijadwalkan akan mendapatkan tambahan total pendanaan alias matching fund sebesar Rp 855.712.788 dari Kedaireka, platform terbaru Dirjen Diktiristek yang mewujudkan kolaborasi antara dunia pendidikan tinggi dan industri. Ke-14 proyek tersebut adalah Adil, Artesia, Baca, Bacara, Buangin, Citizen, Jagawana, Naratik, Next Parking, Obuce, Phoodto, Q-Hope, Samapta, dan Usahaq.

Endang Taryono, Koordinator Matching Fund, Kedaireka menyampaikan, “Indikator penilaian terhadap proposal bersama tersebut mencakup: (a) Dampak kepada transformasi perguruan tinggi, (b) Keterlibatan peran mahasiswa, (c) Dampak kepada penyelesaian permasalahan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) atau Masyarakat, dan (d) Kelayakan Program baik segi investasi dan keberhasilannya. Sedangkan tahapan seleksi mencakup seleksi administrasi, substansi proposal dan kelayakan program/anggaran.” 

Pendanaan ini nantinya akan digunakan para tim untuk mentransformasi prototipe karya menjadi produk yang lebih siap untuk memecahkan masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Pada akhirnya, diharapkan dukungan dana bisa membantu mewujudkan proyek inkubasi Bangkit 2021 menjadi produk yang siap bersaing di pasar dan, nantinya, inisiatif bisnis yang berkelanjutan. 

“Harapan kami, matching fund ini dapat memberikan dampak lebih besar pada indikator kinerja utama (IKU) perguruan tinggi dan di sisi lain bisa memberi solusi pada dunia industri agar lebih produktif dan maju” ungkap Endang Taryono.

Ilustrasi tanpa teks

Salah satu tim yang menerima funding adalah pengembang aplikasi OBUCE, sebuah platform tele nutrisi yang akan membantu pengguna dalam mencapai berat badan ideal. Tim yang terdiri dari 8 mahasiswa IPB University, 1 mahasiswa Universitas Jember, dan 1 Universitas Brawijaya ini tengah dibina oleh Institut Pertanian Bogor untuk mengembangkan aplikasinya.

“Pendanaan dari Kedaireka dan Google merupakan sumber tenaga baru serta fasilitator agar kami semangat dalam ber-progres. Kami sangat berterima kasih karena telah diberi  kesempatan untuk terus berkarya, berkembang, dan berdampak. Ke depan kami akan mengembangkan aplikasi ini dengan fitur pendeteksi objek makanan, asisten status gizi, asisten olahraga, dan konsultasi bersama ahli gizi. Pendanaan ini juga akan kami manfaatkan untuk mendapatkan hak paten hingga memperkenalkan aplikasi kepada masyarakat,” ujar tim OBUCE.

ilustrasi tanpa teks

Tim lainnya bernama Naratik, yang terdiri dari mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, Universitas Diponegoro, dan Institut Teknologi Telkom Purwokerto. Mereka mengembangkan aplikasi berbasis mobile yang memanfaatkan teknologi AI untuk mengklasifikasi keaslian batik (membedakan antara batik tulis dan batik cetak) dan juga motif batiknya itu sendiri. Selain itu, aplikasi ini juga mencangkup layanan jual beli khusus batik melalui kerjasama dengan UMKM dan industri di level rumah tangga. 

“Pendanaan ini sangat memotivasi kami untuk terus berkontribusi dan berkomitmen sehingga dapat memberikan dampak nyata yang bermanfaat di industri batik Indonesia. Ke depannya, kami akan mengembangkan sisi produk seperti aplikasi mobile, model pembelajaran mesin untuk klasifikasi keaslian serta motif batik sekaligus publikasi research paper, official website Naratik, dan Narashop Website (menyediakan layanan e-commerce eksklusif untuk produk - produk batik asli Indonesia). Dari sisi bisnis, kami akan merancang dan mengeksekusi strategi bisnis serta pemasaran yang sesuai dengan target pasar kami, membangun distribution channel & supply chain, menjalin kerjasama dengan UMKM maupun home industry batik, dan juga kerja sama vendor dengan pihak - pihak tertentu sehingga dapat mengembangkan ekosistem yang ada menjadi lebih baik lagi. “With Batik We Grow, With Culture We Are Rich”.” ujar tim Naratik.