Langsung ke konten utama
Indonesia Blog

Perbedaan zona waktu bukan lagi tantangan pendidikan



Pembelajaran daring masih menjadi metode yang diandalkan hingga saat ini meskipun beberapa sekolah sudah menerapkan hybrid learning. Untuk memperingati Hari Guru Nasional setiap tanggal 25 November, berikut cerita para guru yang berusaha mengoptimalkan sistem pembelajaran daring tersebut.

Ibnu Syifa seorang pengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi

Ibnu Syifa adalah seorang pengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi di SDIT AL HARAKI, Kota Depok, Jawa Barat. Sebelum menjadi seorang guru, Ibnu pernah menjajal berbagai profesi lain, namun sang kakek pernah berpesan untuk menjadi orang yang bermanfaat, terutama bagi banyak orang, ia pun dengan mantap menjadi guru dan itu menjadi keputusan terbaik yang Ibnu pilih.

“Tiap hari saya mengajar, tiap hari itu pula saya belajar. Delapan tahun saya lalui tanpa rasa bosan sama sekali. Bayangkan tiap pagi datang ke sekolah disambut tawa riang, peluk, dan tegur sapa anak-anak. Satu pengalaman menarik yang saya rasakan ketika menjadi guru, di mana pun saya bertemu murid saya mereka akan cium tangan. Bahkan saat tinggi badan mereka sudah melampaui tinggi badan saya, tidak ada bekas guru dan bekas murid. Seperti tidak ada bekas orang tua dan anak,” ungkapnya.

Proses belajar di Gmeet

Ibnu melihat pandemi sebagai peluang untuk mengawinkan teknologi dengan pendidikan. Teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan pendidikan dan sebaliknya pendidikan dapat membumikan teknologi menjadi topik yang lumrah, tidak hanya untuk murid, tapi seluruh ekosistem belajar. Karena murid Ibnu ada yang tinggal di Amerika dan berbagai negara lainnya, selama bisa belajar dari rumah, perbedaan zona waktu bukanlah lagi tantangan.

“Beruntung saya dan teman-teman bernaung dalam sebuah sekolah yang up to date, baik dalam bidang pendidikan maupun teknologi. Kami didukung penuh dalam mensinergikan pendidikan dan teknologi dan menerapkannya dalam pembelajaran jarak jauh. Juga dengan bantuan Google Workspace for Education yang sudah terintegrasi ke dalam proses pembelajaran kami sehari-hari, pelayanan pendidikan tetap bisa kami jalankan dengan baik,” tambahnya.

Proses belajar di Gmeet

Saat ini, Ibnu mengajar murid Sekolah Dasar di kelas 4-6 dengan total murid sebanyak 320 orang. Sebagai seorang guru TIK, metode belajar dengan teknologi sudah ia manfaatkan sejak awal. Namun belajar mengajar dalam kondisi ditengah pandemi tentu saja memiliki tantangan, salah satunya karena terdapat perbedaan emosi. Seperti sulitnya mendapat perhatian penuh murid karena tidak semuanya memiliki suasana yang mendukung untuk belajar dari rumah.

Selain dukungan dari sekolah, untuk mengatasi tantangan pendidikan di tengah pandemi, Ibnu yang juga seorang Google Certified Educator bergabung di Google Educator Group untuk membantunya mencari referensi sumber belajar dan metode pengajaran. “Google memiliki fitur yang sangat lengkap dalam setiap proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pengajaran, penilaian, bahkan manajemen kelas. Dalam pengajaran, G Suite for Education memiliki segudang aplikasi yang membuat pembelajaran daring tidak kalah menyenangkannya dengan pembelajaran dalam kelas, seperti Classroom, Meet, Sites, Drive, Dokumen dan lainnya”.