Langsung ke konten utama
Indonesia Blog

Kain Omah Ecoprint jadi pilihan kado spesial untuk orang tersayang di hari Valentine



Hari Valentine yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari menjadi momen yang tepat untuk menunjukkan kasih sayang kepada orang yang kita cintai. Dari data Google Trends, sejak 1 hingga 11 Februari 2022 pencarian berkaitan dengan “kapan hari valentine” meningkat lebih dari 350%. Antusiasme untuk memberi hadiah pun meningkat, terlihat dari pencarian berkaitan “kado” meningkat hingga lebih dari 500%.

Elis Kumara Djati

Kain karya Omah Ecoprint by Elis Kumara Djati asal Yogyakarta bisa menjadi pilihan kado spesial. Di tangan perempuan berusia 54 tahun ini, kain katun putih polos berubah menjadi sehelai kain yang indah dengan teknik pemindahan warna dari daun ke kain tanpa menggunakan zat tambahan lainnya.

Kain ecoprint dengan daun lanang

Kain ecoprint dengan daun lanang

“Pada kain ini, saya menggunakan warna dan corak asli dari daun. Awalnya saya tidak sengaja melihat lalu mencoba mempraktekkan dengan daun-daun yang ada di sekitar rumah. Dari beberapa daun yang dicoba, daun lanang (oroxylum indicum) meninggalkan warna kuning tua cerah. Saya menyebutnya daun istimewa karena daun ini merupakan daun pertama yang saya gunakan dan menghasilkan warna yang asli. Terkadang juga bisa menghasilkan warna hijau tergantung mordan dan kain yg kita gunakan,” ungkap Elis.

Telah berdiri sejak tahun 2017, Elis telah menghasilkan ratusan lembar kain. Dalam sehari, Elis dapat mewarnai 75 lembar kain katun berukuran 200 x 115 cm dengan corak dan ragam yang berbeda-beda. Daun yang digunakan Elis pun semakin beragam, selain daun lanang, favoritnya adalah daun jati, daun ketapang, daun mangsi dan daun indigo. Dedaunan ini banyak tumbuh dan berkembang biak di sekitar rumahnya.

kain eco print

Karya Omah Ecoprint by Elis Kumara Djati di Jogja Internasional Batik Biennale 2018

Elis ini kemudian akan mendesain kain-kain tersebut menjadi pakaian, jilbab, hingga pashmina. Kain ini berhasil menarik minat pelanggan baik dari domestik maupun mancanegara. Selain dipasarkan di media sosial dan e-commerce, produk-produk Omah Ecoprint dapat ditemukan di Dekranasda Kabupaten Bantul dan Bandar Udara Istanbul Atatürk.

Ada juga “Kelas Belajar Ecoprint” yang bisa dihadiahkan kepada orang yang tersayang. Kegiatan yang dapat menambah keterampilan ini juga sangat menarik dilakukan bersama. “Selain memproduksi kain, saya juga membuka Kelas Belajar Ecoprint. Kelas ini diminati berbagai kalangan, baik tua maupun muda, baik laki-laki atau perempuan banyak yang tertarik mempelajarinya. Pesertanya pun datang dari seluruh Indonesia, bahkan dari Malaysia dan Eropa juga belajar di sini.”

Kelas Belajar Ecoprint dimulai sejak tahun 2018 secara tatap muka yang dilaksanakan di Omah Pendopo Mondosio dan Omah Pendopo Kirobayan, keduanya berlokasi di Kabupaten Bantul Yogyakarta namun di kecamatan yang berbeda. “Cita-cita saya sebagai wujud kepedulian dan dedikasi bagi kedua lokasi tersebut ingin membuat kedua desa itu menjadi Desa Ecoprint. Sebagai tanda terima kasih kepada Almarhum Simbah, Almarhum Bapak saya,” cerita Elis.

Sebelum pandemi, Elis dapat mengadakan satu sampai tiga kali Kelas Belajar Ecoprint dengan peserta yang berbeda-beda. Namun, sejak pandemi melanda, Kelas Belajar Ecoprint hanya dibuka setiap dua minggu sekali dengan melakukan protokol kesehatan yang ketat dan Elis yang datang ke lokasi peserta.

Peserta yang ingin belajar ecoprint harus mendaftar terlebih dahulu melalui dengan menghubungi langsung melalui aplikasi pesan ataupun media sosial. Jumlah peserta pun beragam, mulai dari sendiri hingga rombongan. “Setiap sesi biasanya dilakukan satu hingga dua pertemuan, tergantung permintaan peserta. Saya yang akan langsung mengajari mereka, namun jika peserta sangat banyak dan memerlukan bantuan pengajar, anak dan sepupu saya siap membantu karena mereka juga sudah memahami teknik ecoprint.”

karya Omah Eco Print

Finalis Puteri Bantul mengikuti Kelas Belajar Ecoprint

Di sini, peserta akan belajar untuk mengenali daun-daun yang digunakan, mengenali jenis kain, proses mordanting, proses penyusunan daun, cara menggulung dan melipat kain yang sudah disusun daun-daun, proses mengukus, dan membuka gulungan yang sudah selesai dikukus.

Sebelum pandemi melanda, Elis gemar mengikuti berbagai pameran di tingkat kecamatan hingga provinsi untuk memperkenalkan produknya, seperti di Jogja Fashion Week, Inacraft, maupun beberapa pameran yang diadakan di Kemayoran, Jakarta. Setelah pandemi melanda, ia pun mulai menggunakan media sosial, Profil Bisnis dan business site untuk menunjang bisnis yang ia jalankan. 

karya Omah Eco Print

Profil Bisnis dan business site Omah Ecoprint by Elis Kumara Djati

“Saat itu teman saya mengajak mengikuti kelas Women Will. Di sini saya belajar cara mendaftarkan usaha saya ke Profil Bisnis dan mengelolanya. Saya pun menyadari bahwa aplikasi ini sangat berguna untuk mengembangkan usaha, khususnya di masa pandemi. Tidak hanya menambah wawasan, di sini juga saya berkesempatan memperluas jejaring yang saya miliki,” ungkap Elis.

Saat pandemi COVID-19 melanda, usaha yang dijalankan Elis menghadapi tantangan yang berdampak besar, seperti ditiadakannya pameran, baik di dalam maupun luar kota, ditiadakannya kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah, hingga kelas ecoprint yang sudah terjadwal harus ditunda. Hal ini memberi dampak terhadap penurunan produksi.

“Namun kami harus tetap bertahan agar bisnis terus berjalan. Untuk itu saya terus belajar, berinovasi, dan mengikuti berbagai pelatihan agar bisa beradaptasi dengan  keadaan saat ini. Masa pandemi adalah masa yang sangat berat bagi sebagian pelaku UMKM, namun Insha Allah, saya tetap bertahan. Karena itu saya juga tidak lupa berbagi ilmu melalui Kelas Belajar Ecoprint,” jelasnya.