Semangat Kartini dasari dua guru ini sosialisasikan penerapan teknologi untuk permudah sistem belajar mengajar di daerah
Hari Kartini yang dirayakan pada 21 April, menjadi perayaan besar untuk menunjukkan rasa bangga menjadi seorang wanita Indonesia dan menanamkan semangat untuk memajukan bangsa. Mulai dari menjadi sosok wanita yang independen, berani menyuarakan pendapat, mengejar mimpi dan ilmu, hingga menunjukan kontribusi nyatanya untuk negeri.
Semangat Kartini juga telah mendorong dua sosok guru, Sri Rahayu Ningsih (Yayuk), guru POJK di SMP Negeri 1, Tualang, Riau dan Yuli Nestiyarum (Nesti), guru Kimia di SMA Negeri 1 Seyegan, Sleman, Yogyakarta yang menunjukan bahwa wanita masa kini bisa tampil terdepan dalam meningkatkan kompetensi diri dan membantu komunitas pendidikan di sekitarnya menjadi lebih maju.
(ki-ka) Sri Rahayu Ningsih (Yayuk) guru POJK di SMP Negeri 1, Tualang, Riau dan Yuli Nestiyarum (Nesti) guru Kimia di SMA Negeri 1 Seyegan, Sleman, Yogyakarta
Pada tahun 2021, Yayuk dan Nesti telah mengikuti program Google Master Trainer yang merupakan program pelatihan mempersiapkan pendidik terpilih berdasarkan kriteria Kemendikbud untuk melewati rangkaian pelatihan daring dan mendapatkan sertifikasi. Para pendidik terpilih ini memiliki tugas untuk melatih komunitas guru di sekitarnya dalam memaksimalkan penggunaan Google Workspace for Education pada sistem belajar mengajar.
“Program Google Master Trainer telah memberikan kesempatan bagi saya untuk mendorong aktivasi dan pemanfaatan teknologi yang memberikan kemudahan pengelolaan kelas bagi guru, terutama pada kegiatan pembelajaran daring dilakukan,” terang Yayuk.
Penyesuaian sistem belajar mengajar secara daring pun tidak luput dari kendala. Kurangnya infrastruktur menjadi tantangan bagi para guru untuk membuat kegiatan belajar mengajar tetap menarik. Google Workspace for Education membantu para guru untuk tetap bisa menjalankan tugasnya secara baik walaupun perangkat yang digunakan belum memiliki spesifikasi terkini.
Sri Rahayu Ningsih melakukan sosialisasi penggunaan Google Workspace for Education kepada guru di Riau
“Contohnya melalui website Belajar.id dimana akses Google Workspace for Education bisa dimanfaatkan secara gratis bagi institusi pendidikan resmi dan para guru yang bernaung di dalamnya. Para guru dapat berkomunikasi, memberikan materi, tugas, umpan balik, dan melakukan penilaian kepada peserta didik di mana saja tanpa takut kapasitas memori perangkat yang digunakan penuh atau pun menjadi berat,” lanjut Yayuk.
Penerapan teknologi buka potensi sistem mengajar yang lebih efisien dan interaktif
Kegiatan sekolah daring telah membuat para guru, murid, hingga orang tua siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan sistem belajar mengajar yang baru secara cepat. Penggunaan teknologi telah memberikan ruang bagi para guru untuk menjadi lebih efisien dan tertata mengerjakan tugasnya. Tidak hanya akses dan berbagai informasi terhadap bank soal yang berkualitas, kini guru juga bisa memiliki waktu tambahan untuk mendeteksi potensi dan minat siswa sehingga bisa merumuskan skema belajar mengajar yang lebih menarik.
Yuli Nestiyarum memanfaatkan teknologi untuk menjadikan kegiatan mengajar lebih interaktif
“Keragaman produk Google memperkaya dan melengkapi pembelajaran daring dan luring. Dengan keragaman fitur yang disajikan, para guru kini dapat membuat suasana kelas lebih bermakna dan interaktif,” jelas Yuli Nestiyarum. “Selain tatap muka melalui Google Classroom, saya bisa melakukan pendampingan kepada siswa yang membutuhkan kapanpun dengan Google Meet. Apabila materi pelajaran masih kurang dipahami, saya juga memanfaatkan YouTube untuk mempublikasi video pembelajaran yang saya buat untuk memperkuat pemahaman siswa,” tambahnya.
Keinginan Yayuk dan Nesti untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia mendorong dua guru ini untuk secara aktif mensosialisasikan penerapan teknologi dalam sistem belajar mengajar. Inilah yang membuat keduanya antusias untuk menjadi kapten dan memimpin tim penerapan pelatihan penggunaan Google Workspace for Education pada komunitas pendidikan di daerahnya masing-masing juga duta Rumah Belajar, sebuah platform pendidikan dari Kemendikbud Ristek.
“Sebagai seorang wanita kita harus tetap percaya diri, dan percaya potensi yang kita miliki bisa memberikan dampak positif bagi lingkungan dan berkontribusi langsung membangun bangsa,” ujar Yayuk. ”Kita harus terus belajar dan pantang menyerah. Pendidikan di Indonesia kedepannya akan terus maju dan menyesuaikan perkembangan zaman tanpa melupakan kearifan lokal. Saya akan terus berusaha untuk berkontribusi dalam membangun dan mengembangkan komunitas positif di dunia pendidikan” tutup Nesti.