e-Conomy SEA 2025: Indonesia, Pusat Kekuatan AI Baru Asia Tenggara
Postingan ini bagian dari rangkaian artikel yang mengeksplorasi berbagai temuan penting dari e-Conomy SEA 2025, laporan yang disusun bersama oleh Google, Temasek, dan Baik & Company. Dari AI, -commerce, transportasi, hingga keuangan online, rangkaian artikel ini akan memberikan gambaran komprehensif tentang pertumbuhan Indonesia beserta dampaknya pada kawasan Asia Tenggara secara umum.
Asia Tenggara dengan cepat menjadi pusat AI global, didorong oleh ekosistem pengadopsi, startup AI, dan investor yang berkembang pesat. Minat konsumen terhadap AI di kawasan ini sungguh melampaui batas—bahkan 3 kali lebih tinggi dari rata-rata global. Indonesia sendiri termasuk dalam 20 besar dunia untuk minat pada AI multimodal, juga berada di 2 besar negara dengan pengguna Nano Banana tertinggi di dunia dengan 18 juta image generation setiap harinya.
Minat dan adopsi AI yang sangat kuat dari konsumen juga mendorong momentum komersial dimana Indonesia menunjukkan momentum komersial terkuat untuk aplikasi AI di seluruh kawasan, dengan memimpin dalam pertumbuhan pendapatan aplikasi berbasis AI yang melonjak hingga 127% antara paruh pertama 2024 dan paruh pertama 2025, tertinggi di Asia Tenggara.
Lebih dari sekadar penggunaan harian, semangat untuk bertransformasi dengan AI juga terlihat di dunia kerja: 79% pengguna aktif mempelajari dan meningkatkan keterampilan terkait AI. Motivasi utama mereka adalah untuk meningkatkan efisiensi, menghemat waktu riset dan perbandingan (51%), mendapatkan rekomendasi yang lebih personal (35%), serta keamanan yang lebih baik (32%).
Namun, di tengah tingginya permintaan ini, investasi modal yang masuk ke sektor AI Indonesia masih belum sebanding dengan potensinya. Jumlah startup AI di Indonesia (45+) dan porsi pendanaan (4% dari total ASEAN-10) masih jauh di bawah pusat regional seperti Singapura (495+) dan Malaysia (60+).
Investasi pada konektivitas dalam beberapa tahun terakhir telah membangun fondasi yang kuat bagi Indonesia untuk memimpin transformasi AI. Kami melihat adopsi yang luas di kalangan bisnis, permintaan pasar yang kuat, dan respon positif pengguna yang luar biasa, semuanya menegaskan bahwa AI bukan sekadar gelombang teknologi baru, tetapi akan mengubah cara bisnis beroperasi dan berkembang. Namun, ekosistem pengembang dan startup lokal perlu tumbuh lebih cepat agar dapat menyeimbangkan permintaan besar dari konsumen dan tenaga kerja.
Laporan e-Conomy SEA 2025 menggaris bawahi urgensinya. Indonesia perlu secara strategis mengubah antusiasme pengguna dan momentum pasar menjadi inovasi dalam negeri. Hal ini membutuhkan kolaborasi antara investor, pembuat kebijakan, dan pelaku bisnis untuk membangun infrastruktur, mengembangkan talenta, memastikan adopsi dan integrasi AI yang cerdas, serta memperkuat kepercayaan melalui tata kelola yang baik. Indonesia berada pada posisi yang sangat kuat untuk mengamankan kepemimpinannya di masa depan Asia Tenggara yang digerakkan oleh AI.