Langsung ke konten utama
Indonesia Blog

Berdasarkan laporan terbaru dari Public First dengan tinjauan dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), peluang kecerdasan buatan (AI) di Indonesia sangat besar. Seiring dengan antusiasme generasi muda yang melek teknologi dalam mengadopsi AI, hal ini berpotensi mempercepat pembangunan ekonomi. Indonesia adalah pengguna AI tertinggi kedua di dunia setelah India, menunjukkan adopsi masif. Di sektor pertanian misalnya, potensi peningkatan produktivitas oleh AI diperkirakan mencapai Rp 89 triliun melalui pertanian presisi, deteksi hama, dan penggunaan air yang lebih cerdas.

Google telah berinvestasi dalam AI selama lebih dari satu dekade. Di Indonesia, produk Google seperti Maps, Search, Android, Gemini, dan NotebookLM telah memperluas akses AI, mendukung bisnis, dan menciptakan dampak ekonomi senilai Rp 88 triliun pada tahun 2024. Google Cloud Region juga telah menambah Rp 900 triliun nilai ekonomi dari tahun 2020 hingga 2025 dan mendukung rata-rata 92.000 pekerjaan per tahun.

Untuk memaksimalkan peluang AI, Indonesia perlu fokus pada tiga pilar: konektivitas, kesiapan tenaga kerja, dan investasi infrastruktur. Konektivitas desa, terutama di area pedesaan, perlu ditingkatkan karena sekitar 48% desa masih kekurangan menara BTS yang dibutuhkan untuk akses internet. Kesiapan tenaga kerja juga menjadi krusial, mengingat 90% pekerja menyatakan minat pada pelatihan AI. Terakhir, dengan 90 pusat data yang dimiliki saat ini dan diperkirakan akan berlipat ganda dalam lima tahun, investasi lebih besar dalam pusat data dan energi sangat dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan komputasi yang terus meningkat.

Artikel terkait