Langsung ke konten utama
Indonesia Blog

e-Conomy SEA 2024: Persaingan di pasar pinjaman Indonesia semakin ketat dengan munculnya tantangan baru bagi bank dan perusahaan teknologi keuangan



Postingan ini merupakan bagian dari rangkaian blog e-Conomy SEA 2024 yang menghadirkan berbagai insight penting dari lanskap digital Indonesia yang dinamis.

Diagram batang yang menunjukkan perbandingan antara fintech pemberi pinjaman domestik dan asing di Indonesia untuk tahun 2022 dan 2024

Seiring dengan pertumbuhan sektor layanan keuangan digital (DFS) di negara ini, perusahaan teknologi keuangan asing (fintech) mulai masuk ke pasar kredit Indonesia, yang persaingannya masih longgar. Menurut laporan tahun ini, aplikasi pinjaman dari perusahaan teknologi keuangan asing mengalami pertumbuhan pengguna, mencerminkan peningkatan minat konsumen terhadap alternatif baru.

Diagram batang yang menunjukkan saldo pinjaman digital di Indonesia dalam miliar USD untuk tahun 2022, 2023, 2024, dan perkiraan 2030

Pada tahun 2022, pemain teknologi keuangan memiliki saldo buku pinjaman sebesar $5 miliar, memanfaatkan kegesitan dan model berbasis teknologi mereka untuk menjangkau segmen konsumen yang kurang terlayani. Meski masih tetap berposisi kuat, bank tradisional harus menghadapi tantangan untuk beradaptasi dengan laju cepat transformasi digital. Pada tahun 2024, lanskap pasar ini telah berubah, dengan perusahaan teknologi keuangan asing memainkan peran penting dalam meningkatkan saldo buku pinjaman di Indonesia hingga $9 miliar. Namun, pertumbuhan pasar ini terjadi berkat peran semua pemain baik internasional maupun domestik, mengingat para pemain besar lokal juga berkontribusi signifikan.

Diagram batang yang menggambarkan Gross Transaction Value (GTV) untuk pembayaran digital di Indonesia dalam miliar USD untuk tahun 2022, 2023, 2024, dan perkiraan tahun 2030.

Pembayaran digital terus mencatatkan pertumbuhan dua digit, dengan nilai transaksi bruto (GTV) mencapai $404 miliar, naik 19% secara YoY dari $340 miliar pada 2023. Indonesia memiliki pasar pembayaran digital terbesar dan pertumbuhan terpesat kedua di Asia Tenggara. Bertambah luasnya adopsi pembayaran digital mencerminkan peningkatan integrasi keuangan digital dalam transaksi sehari-hari dan potensi inklusi keuangan yang lebih besar.

Diagram batang yang menunjukkan Assets Under Management (AUM) untuk kekayaan digital di Indonesia dalam miliar USD untuk tahun 2022, 2023, 2024, dan perkiraan tahun 2030.

Walau pertumbuhannya sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya, investasi online tetap berada pada tren naik. Aset kelolaan (AUM) diproyeksikan mencapai $5 miliar pada 2024, atau naik 32%.

Semakin ketatnya persaingan di pasar pinjaman telah menghasilkan medan yang dinamis, tempat pemain baik domestik maupun internasional harus berinovasi untuk dapat bertahan. Bank tradisional juga meluncurkan inisiatif digital untuk menjaga posisi mereka, sementara perusahaan teknologi keuangan terus memperbaiki layanan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang terus berubah.

e-Conomy SEA 2024 memberikan gambaran komprehensif tentang dinamika semacam ini, menunjukkan cara pemain mapan dan baru menghadapi kompleksitas pasar yang kompetitif untuk melayani konsumen Indonesia dengan lebih baik. Evolusi sektor DFS ini sangat penting untuk mendorong inklusi keuangan dan menciptakan ekonomi digital yang lebih tangguh.