Google for Media #9: Cara menjaga ekosistem berita tetap sehat
Google for Media #9 hadir pertama kali pada tahun 2022 mengusung tema “Macro-trends shaping the world of journalism and publishing”. Webinar ini memaparkan bagaimana produk dan program Google membantu industri berita di seluruh Indonesia, termasuk di Indonesia.
Dalam diskusi tentang apa yang dapat dilakukan penerbit berita ketika beralih ke Google Cloud, Bagus Setiawan, Chief Technology Officer, detiknetwork, berbagi tips: “Ketika beralih ke cloud, penerbit berita perlu mengetahui apa yang menjadi tujuan mereka sehingga dapat mengelola infrastruktur yang tersedia. Google Cloud telah diketahui oleh banyak orang sehingga dapat dioperasikan oleh orang-orang dengan memanfaatkan praktik terbaik yang tersedia.”
Reyno Andriano, Chief Technology Officer, KapanLagi Youniverse, mengatakan: “Proses peralihan ke cloud bukanlah hal yang singkat. Kita perlu melakukan perhitungan yang sangat panjang, misalnya dalam memilih platform yang tersedia, sehingga dapat melihat seberapa efektif biaya yang kita keluarkan ke sebuah platform berbanding lurus dengan pendapatan.”
Pada diskusi bersama kolaborasi Cek Fakta, Ika Ningtyas, Sekretaris Jenderal, AJI, menyampaikan: “Untuk melawan misinformasi, kolaborasi Cekfakta.com bertujuan untuk meningkatkan literasi digital supaya masyarakat tidak mudah membagikan informasi yang diterima tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut terlebih dahulu.”
Septiaji Eko Nugroho, Ketua Presidium Mafindo, menjelaskan: “Jumlah hoaks pada tahun 2021 menurun sebesar 40% jika dibandingkan dengan tahun 2020. Kami percaya bahwa apa yang kita lakukan didengar oleh masyarakat.”
Cek Fakta juga baru saja meluncurkan playbook pada Desember 2021 lalu. Wahyu Dhyatmika, Sekretaris Jenderal AMSI, menyampaikan: “Playbook ini menjadi buku petunjuk untuk mengenal perkembangan Cekfakta.com sehingga semua orang dapat memahami dan ikut memperluas gerakan Cekfakta.com ini. Kami ingin playbook ini menjadi salah satu alat untuk membuat Cek Fakta lebih populer di masyarakat.”
Sementara itu, pada diskusi bersama peserta YouTube Creator Program for Independent Journalists, Aidil Ichlas, pendiri INTERES, bercerita: “Awalnya saya adalah jurnalis di televisi, namun banyak video saya yang tidak tayang. Akhirnya, saya mulai posting video di YouTube karena ingin video-video tersebut tetap disaksikan oleh banyak orang.”
Marcel Thee, pendiri Monograph, bercerita, “Di Monograph saya berusaha mencari cara komunikasi yang menggabungkan cara komunikasi konvensional dan visual. Saya ingin membagikan cerita yang sebenarnya kita hadapi sehari-hari tapi sering kali tidak tergali.”
Acara ini dapat disaksikan kembali di akun YouTube Google Indonesia.